Kepada
siapa lagi jika tidak pada pemuda untuk menitipkan bangsa dan Negara ini, akan terus
seperti itu kata orang tua bijak mewariskan pada penerusnya. Pemuda sebagai
tunas bangsa selalu mendapatkan tempat istimewa yang masih dipercaya dan
menjadi harapan untuk bisa melihat bangsa hari esok yang makmur dan
bermartabat. Namun benarkah pemuda hari ini sudah menanamkan kesadaran besar itu,
sikap mempertanyakan kembali pada hati nurani mungkin lebih penting untuk
dilakukan daripada sekedar menjawab pertanyaan tersebut.
Melalui
diskusi ini, perlunya mempertanyakan kembali sebuah eksistensi pemuda sebagai
generasi harapan bangsa. Hal ini tentu menjadi sangat penting dan mendesak jika
tidak ingin melihat bangsa Indonesia terus terbelenggu oleh nilai-nilai
ketidakadilan, baik dari system kapitalisme global maupun system pemerintahan
represif dan otoriter yang tidak pro terhadap kepentingan kerakyatan. Oleh
sebab itu suka tidak suka sudah saatnya pemuda sadar dan mampu membekali
dirinya dengan pola pikir yang kritis dan ditunjukkan dengan sebuah tindakan
dan gerakan yang transformatif untuk mengawal dan menciptakan perubahan.
Berbicara
perubahan sudah tidak asing ditelinga bahwa pemuda adalah agen of change. Penulis tertarik pada sebuah kalimat panjang yang
menyatakan bahwa perubahan besar tidak akan menjadi sulit untuk diwujudkan
apabila tidak dimulai dari diri sendiri. Dari dalam diri kita akan sadarkan sikap
kritis dan tranformatif adalah sebuah pilihan dan keharusan guna melihat suatu
kebenaran serta membongkar kepalsuan yang menyeret bangsa ini pada sebuah
kepentingan kapital dan politik sebagai sahwat kekuasaan belaka.
Terlalu banyak bencana
yang dialami oleh negeri ini yang katanya kaya dan subur, mulai dari kemiskinan
yang tidak terselesaikan dan perselingkuhan elit dengan kekuasaan yang
mengorbankan hak-hak rakyat demi sebuah kepentingan pribadi dan kelompoknya. Ayo..pemuda!!
jangan kau bangga dengan tawaran kecanggihan global yang menggelapkan mata, sebut
saja kecanggihan FB, BBM dan Androit misalnya, yang dapat membuat pemuda
terlupa dan tertidur lelap untuk sekedar peduli melihat dan merasakan
penderitaan yang sama sekali terlihat jelas di dapan mata kita. Penulis tidak
mengatakan itu tidak penting, tetapi ambil sisi positifnya dan jangan terlena
dengan kenyamanan yang menumpulkan daya kritis serta tindakan-tindakan yang
transformatif demi perubahan yang adil dan sesuai dengan cita-cita bangsa.
oleh: Subaidi (Pembebasan 2009)
Di
presentasikan di Follow Up materi PKT PMII Fak.Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.