po
Menunggu hitungan hari
untuk sampai pada pesta besar demokrasi, seluruh rakyat indonesia akan secara langsung,
bebas dan transparan memilih pemimpin melalui jalan politik yang akan duduk
dalam pemerintahan pusat dan daerah sebagai wakil rakyat guna melanjutkan serta
mengujudkan cita-cita bangsa dan negara. Pemilu 9 april 2014 nanti menjadi momentum
penting dan menentukan masa depan hidup rakyat Indonesia untuk 5 tahun kedepan.
Namun berdasarkan hasil survai yang dilakukan oleh LSI (lembaga Survai
Indonesia) mengatakan lebih dari 50 % responden berpotensi tidak akan menggunakan
hak pilihnya “golput” pada pemilu
2014 mendatang.
Golput (golongan putih)
sebenarnya merupakan sebuah pilihan tindakan sebagai bentuk kekecewaan publik terhadap
partai dan elit politik yang sampai saat ini belum mampu menjalankan fungsi sosialnya
di tengah masyarakat. Menurut J. Cristiadi seorang peneliti Centre for
Strategic and International Studies (SCIS) menyatakan bahwa
belakangan ini partai hanya berkutat masalah kekuasaan sebagai ambisi politik,
sehingga nampak abai terhadap problem kerakyatan. Jika hal demikian terus
berlangsung dan partai tidak sadar dan membenah diri untuk sesegera mungkin
kembali ke kodratnya, maka krisis kepercayaan masyarakat terhadap partai politik
akan semakin menguat dan golput menjadi sebuah alasan untuk menjadi pilihan.
Sejatinya, tindakan
golput adalah sesuatu yang wajar dalam sebuah Negara demokrasi yang pada
hakikatnya membebaskan setiap individu masyarakat untuk menentukan hak dan
pilihan. Mengingat tindakan golput adalah suatu ekspresi pilihan tindakan
buplik sebagai ungkapan kekecewaan dan ketidak percayaan terhadap partai dan
elit politik di dalamnya, maka tidak menjadi salah ketika dikaitkan dengan asas
demokrasi. Akan tetapi kemudian muncul pertanyaan besar, apakah ekspresi
kekecewaan yang di ungkapkan dengan prilaku golput dikatakan suatu tindakan
yang cerdas dan memberi jalan keluar bagi problem yang ada. Berangkat dari hal
inilah tema Golput: Antara pilihan dan
tantangan menjadi penting untuk di diskusikan lebih lanjut oleh pemuda
sebagai pemilih pemula yang akan mengawal pemilu 2014 dan pemerintahan 5 tahun
kedepan.
Dalam sebuah seminar
yang diselenggarakan oleh RRI di GSP UGM pada hari selasa 25 februari 2014 yang
mengupas tema “Cerdas Memilih, Saatnya
yang muda bicara” bersepakat bahwa golput adalah tindakan tidak cerdas dan
tidak melahirkan solusi. Ditambahkan oleh KPU DI.Yogyakarta menyatakan bahwa
perilaku golput sebanarnya secara tidak langsung merelakan hak pilihnya untuk
ditentukan oleh pemilih secara umum, karena mau tidak mau akan dipaksa mengakui
dan mengikuti langkah penguasa yang terpilih. Maka sudah saatnya menjadi
pemilih yang cerdas dan ikut menentukan secara kritis memilih pemimpin yang
memiliki kapasitas dan rekam jejak yang dianggap mampu mengemban amanah rakyat.
Penulis meyakini cepat
atau lambat negeri ini akan dipimpin oleh sosok tokoh politik yang memiliki
orentasi pro kerakyatan. Upaya yang mungkin bisa dilakukan hari ini hanya memulainya
dari diri sendiri, bersikap cerdas, dewasa dan peduli tehadap arah politik.
Dari diri sendiri kita akan sadarkan orang lain tentang pentingnya cerdas
politik dan tidak akan ada godaan, seperti money politik, memilih tidak
berdasarkan apapun atau golput yang tidak bisa menjamin untuk memperbaiki
bangsa dan negara kedepan. Oleh sebab itu penulis berharap dengan diskusi ini
minimal dapat menumbuhkan kesadaran diri bahwa politik adalah sesuatu yang
penting sebagai jalan penentu tebentuknya kedaulatan yang kokoh dan
bermartabat.
Subaidi
Dipresentasikan di Diskusi Rutin IAN (Ikatan Alumni Nasy’atul Mutaallimin) Yogyakarta
Dipresentasikan di Diskusi Rutin IAN (Ikatan Alumni Nasy’atul Mutaallimin) Yogyakarta
Merkur 23C Review | Merkur 23C Review | deccasino
BalasHapusRead our Merkur 인카지노 23C deccasino review to find out if you like it and why it's the best Merkur 23C for you. This review will cover just about every DE Safety 바카라 razor