Setelah melalui proses panjang dalam
menempuh masa studi strata satu di Jurusan Sosiologi Agama
Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam (FUSPI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penulis berhasil
menyelesaikan penelitian di daerah Sumenep sebagai tugas akhir dan sekaligus
memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos).
Penelitian tersebut mengangkat sebuah tema yang berjudul AGAMA DAN KORUPSI
(Transformasi Kekuasaan Kiai di Sumenep).
Penelitian ini mengkaji tentang agama dan
korupsi yang berangkat dari pemahaman suatu kajian tentang bagaimana proses
transformasi kekuasaan kiai yang semula berkuasa di ruang keagamaan ke ruang
kekuasaan birokrasi negara (pemerintahan).Kiai adalah sosok yang memiliki
kharismatik sekaligus sebagai tokoh percontohan “reference group” yang
lahir dari sebuah gagasan dalam kultur masyarakat keagamaan. Kondisi tersebut
mampu menciptakan ruang-ruang kekuasaan yang mengantarkan kiai ke dalam ruang
kekuasaan birokrasi negara melalui proses dinamika politik. Sedangkan korupsi
dalam konteks studi ini, merupakan sebuah kajian dengan menelaah pengaruh dari
transformasi kukuasaan kiai tersebut, apakah hal demikian memiliki pengaruh
terhadap tumbuhnya budaya korupsi di Sumenep.
Metode penelitian yang diterapkan adalah
penelitian lapangan “Field Research” yang dilakukan di daerah kabupaten
Sumenep. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara
mendalam (indepth interview) terhadap sejumlah informan kunci seperti mantan
DPRD Sumenep, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terkait, masyarakat umum dan
sebagian dari kalangan kiai, baik yang pernah terlibat dalam perpolitikan
maupun yang tidak pernah terlibat, guna mengungkap rahasia-rahasia menyangkut
persoalan fenomena tindakan korupsi. Penelitian ini berusaha menganalisis
secara deskriptif dari segala sumber yang berhasil diperoleh selama
penelitian di lapangan. Sebagai dasar analisis, penelitian ini
menggunakan teori pertukaran sosial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses
transformasi kiai ke dalam kekuasaan berokrasi negara mewarnai pola dinamika
politik dan proses perjalanan pemerintahan di Sumenep. Keyakinan dan
kepercayaan masyarakat terhadap sosok kiai di dalam birokrasi negara menuai
harapan bahwa keterlibatan kiai dapat memberikan pengaruh terhadap pola
pemerintahan yang bersih dan lebih baik di Sumenep. Namun sebagian dari kiai
tidak mampu mewujudkan karena ruang birokrasi yang penuh dengan kepentingan
politik. Bahkan ikut terlibat dan menjadi bagian dari terciptanya
perilaku-perilaku korupsi dalam birokrasi negara. Persoalan mentalitas sebagian
elit kiai yang dibawa dari kultur keberagamaan adalah sesuatu yang dominan
sebab terjadinya tindakan korupsi di Sumenep. Menariknya, mereka sebagian kiai
membangun upaya rasionalisasi untuk menetralisir yang semula korupsi sesuatu
yang salah dianggap sesuatu yang wajar dan tidak salah selama niat korupsi demi
jalan kebaikan bersama. Pada akhirnya penelitian ini berusaha mendiskripsikan
hasil penelitian sebagai upaya bersama-sama membuka kesadaran masyarakat akan
pentingnya mengenali fenomena korupsi guna memberantas tindakan kejahatan korupsi.
0 komentar:
Posting Komentar