Molompar
Atas (Molas) adalah suatu desa di Kecamatan Tombatu Timur Kabupaten Minahasa
Tenggara (Mitra) Sulawesi Utara. Jumlah penduduk keseluruhan 941 orang yang terdiri dari 492 laki-laki dan
449 perempuan dengan jumlah KK 234. Tiga Suku terbesar di Molas adalah Suku
Minahasa, Suku Sanger dan Suku Gorantolo, sedangkan Mata pencaharian utama 90%
penduduk adalah petani. Prosentase keagamaan mayoritas penduduk di Molas 90 %
beragama Kristen Protestan dan 5%
Kristen Katolik sedangkan Islam sendiri hanya 5% dengan jumlah Jemaah berkisar
14 KK (Data.Sek.Desa 2013).
Dengan
prosentase keagamaan tersebut, Islam di Molas termasuk dalam katogari minoritas
yang secara kuantitatif mendapatkan sebagian kecil di antara agama-agama yang diyakini
oleh keseluruhan penduduk. Namun yang menarik perhatian penulis adalah
wajah-wajah muslim yang selalu menampakkan semangat tinggi dalam berupaya
meningkatkan keberagamaan di tengah kehidupan sosial masyarakat keagamaan Protestan.
Menurut
salah seorang pengurus Masjid Molas ketika ditemui penulis setelah melaksanakan
sholat maghrib berjamaah mengatakan bahwa perjuangan masyarakat muslim molas
perlu menjadi tauladan bagi umat muslim minoritas di belahan Dunia. Setidaknya
ada dua hal yang dapat digambarkan. Pertama
pada masa-masa awal peletakan batu pertama pembangunan Masjid di Molas. Keinginan untuk
membangun Masjid adalah sebuah impian masyarakat muslim Molas yang pada masa
itu hanya bermodalkan niat dan tidak ada uang sepersenpun. Segala macam upaya
dilakukan, diantaranya adalah lahirnya kesepakatan untuk bekerja bersama-sama
menjadi kuli (pekerja bebas) sementara upah di sumbangkan ke penitia
pembangunan Masjid. Selain dari pada itu, melewati perkumpulan kerukunan antar
umat di Molas, panitia pembangunan mempunyai ide cemerlang untuk mengumpulkan
dana yaitu mengadakan sebuah acara islami yang menggundang tokoh-tokoh Gereja
yang secara tradisi di Molas dianjurkan antar umat saling menghadiri serta
membawa amlop ketika undangan acara keagamaan dan atas jalan allah ternyata
yang diharapkan melebihi bayangan, tokoh-tokoh agama mengintruksikan bagi
gereja-gereja di Molas untuk menyumbang alat-alat serta material untuk
menyukseskan pembangunan Masjid. Alhasil dengan upaya gigih tersebut, saat ini
berdiri indah Masjid Molas sebagai satu dari dua masjid yang berada di seluruh
daerah kecamatan Tombatu Timur.
Yang kedua, perjuangan muslim Molas yang patut dibanggakan adalah
mempertahankan keimanan di tengah tradisi keberagamaan Protestan. Dengan
kesadaran penuh akan lingkungan minoritas muslim, mereka membatasi diri dalam
melakukan aktifitas islami, seperti kegiatan-kegiatan islami atau membaca bacaan
sholawat tidak menggunakan pengeras suara seperti layaknya Islam di tempat lain.
Walaupun demikian bukan berarti mereka lemah, namun butuh waktu secara
berlahan-lahan untuk beraktifitas secara bebas dan direlakan oleh segenap masyarakat
umum sekitar. Salah satu bukti konkrit kekuatan muslim Molas ketika melontarkan
penolakan tegas dalam menanggapi wacana dari tokoh Gereja untuk diadakan
tradisi ibadah bersama yakni saling mengunjungi antar tempat ibadah ketika pada
hari ibadah agama-agama di Molas.
Pada akhirnya penulis ingin
mengungkapkan bahwa wajah islam di Molas menjadi sebuah gambaran bagi kita,
begitu sangat gigih perjuangan mereka dalam menegakkan keyakinan dalam diri dan
umat muslim pada umumnya. Tulisan ini mencoba mendiskripsikan suatu pengalaman dari
seorang penulis sendiri dengan maksud dan harapan akan muncul kesadaran bahwa perjuangan
saudara-saudara muslim diluar daerah kita sangatlah sulit hanya demi meraih
jalan kebenaran. Semoga bermanfaat.!
Penulis:
Subaidi, S.Sos
Asisten Peneliti PSKK UGM For SULUT
0 komentar:
Posting Komentar